CURRENTLY READING: Francis Grose's Superstitions: Omens, Charms, Cures 1787

Friday, March 23, 2012

"We have no scar for happiness"

Kemarin malam aku bermimpi.
Rumah merah dengan sebuah televisi.
Ngomong-ngomong, televisi itu lucu ya.
Kamu bisa melihat tapi tidak bisa menyentuh, kamu bisa mendengar tapi tak bisa didengar, untung kamu tidak bisa mencium.
Televisi di dalam rumah merah itu berpendar malu-malu.
Aku agak lupa, siarannya berwarna atau tidak.
Ada orang lucu bertopi kecil.
Tangannya menggapai-gapai kaki besar disampingnya.
Setelah berhasil menyentuh celana si kaki besar, kaki itu melangkah pergi.
Si orang lucu bertopi kecil berusaha mengejar, tapi tak kunjung dapat.
Tak lama terlihat versi besar adegan itu.
Ternyata si orang lucu bertopi kecil hanya berlarian diatas roda putar (seperti hamster milik nenekku)!
Si kaki besar sudah tidak terlihat, hanya ada suara langkahnya yang lama-lama menghilang.
Lalu acara tv nya tiba-tiba berganti, dan aku mendengar gemerisik ranting di luar rumah merah.
Anehnya, aku tidak takut.
Dari arah televisi terdengar gedebuk kencang, aku segera kembali memusatkan perhatian ke televisi itu.
Ternyata ada anak tupai melompati ranting-ranting pohon.
Anak tupai itu menggondol sesuatu.
Tak lama tampak ibu tupai, dia terlihat marah.
Cukup satu lompatan lagi dan anak tupai akan berdampingan dengan ibu tupai.
Saat si anak tupai melakukan lompatan terakhirnya.... Buk! Dia jatuh terkulai di dasar hutan, yang anehnya, penuh dengan marshmallow.
Aku takut, dan tiba-tiba ada remot biru dan pisau hijau di sampingku.
Saat ku genggam pisau hijau itu, pintu rumah merah tiba-tiba terbuka, karna terkejut, pisau hijau itu terlepas dan menggores lengan kiriku.
Darah merembes keluar, tapi kemudian melayang diatas kepalaku, gumpalan-gumpalan merah semerah rumah merah.
Gumpalan itu sebagian keluar melalui pintu yang terbuka.
Aku mengambil remote biru, mematikan televisi.
Seolah tehipnotis aku mengikuti gumpalan merah keluar rumah merah.
Belum sempat aku menutup pintu rumah merah, ada yang mengetuk pundakku.
Saat aku berbalik badan, aku terbangun, dan televisi di samping tempat tidurku masih berpendar malu-malu.

1 comment: